TOB : Topic On Banner.

Rimalive merepost cerita Hantu Sekolah

Berkarya melalui ketakutannya

Berkarya tidak ada batasnya, walaupun harus melawan dengan ketakutan dalam diri.

Berkarya dimana saja

Tidak ada aturan yang membatasi kita bisa berkarya dimana kita berada.

Memulai dari yang kecil

Memulai dari yang kecil lalu terus mengembangkannya hingga besar.

Tulis pokok cerita

Tulis pokok cerita terlebih dahulu sebelum menjadikannya cerita lengkap.

Kamis, 22 Desember 2016

Mbah Jawer Penguasa Bendungan Jatiluhur

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Bukan sesuatu yang aneh apabila dalam membangun sebuah proyek yang besar dibutuhkan dana dan tenaga manusia yang banyak. Dengan luas 8.300 ha mengakibatkan puluhan desa dan beberapa kecamatan yang dulunya termasuk dalam wilayah Purwakarta harus di gusur, belum lagi ditambah pula beberapa bukit – bukit di sekitar nya pun harus di ratakan.

Menurut cerita warga sekitar, saat pembangunannya banyak menelan korban jiwa. Maka bukanlah hal yang aneh apabila Waduk Jatiluhur ini juga memiliki sebuah mitos yang sangat terkenal, yaitu Mbah Jawer. Lantas siapakah Mbah Jawer yang disebut-sebut penguasa Waduk Jatiluhur itu?

Dikisahkan jauh-jauh hari sebelum Waduk Jatiluhur dibangun, pada waktu itu ada sebuah keluarga yang bermukim di daerah aliran sungai Citarum yang tengah menunggu kelahiran anaknya. Setelah menunggu sekian lama akhirnya anak yang di tunggu – tunggu pun lahir juga.

Suara  tangisan jabang bayi yang baru saja lahir memecah kesunyian. Sang ibu begitu bersuka cita, dia bersyukur bayi yang setelah sembilan bulan dikandungnya lahir dengan selamat. Demikian juga dengan sang ayah, dia tak henti-hentinya memamerkan senyum. Namun keduanya terkesiap ketika untuk pertama kalinya mereka melihat sang jabang bayi. Di dahi bocah mungil itu, tumbuh jengger  (Bahasa Sunda: Jawer) seperti yang biasa tumbuh di dahi ayam!

Karena malu jika memiliki anak yang ber-jawer sang ayah pun kebingungan, lalu si ayah pergi menemui orang pintar di daerah itu. Sang ayah bertanya pada orang pintar itu perihal putranya yang memiliki jawer. Menurut orang pintar itu bahwa jika si anak di pelihara maka daerah itu akan menjadi kota besar namun jika di buang maka daerah itu akan tergenang air atau tenggelam

Mereka merasa malu. Mereka kemudian berpikir daripada terus-menerus menanggung malu, suami istri itu sepakat mengambil keputusan yang tak berperikemanusiaan yaitu membuang sang bayi!

Pada sebuah subuh, keduanya mengendap-endap menghampiri sugai Citarum. Sang ayah menggendong bayi yang direbahkan pada sebuah keranjang, sementara sang ibu membuntutinya dari belakang. Tiba di tepi sungai Citarum, pasangan itu menangis. Batin mereka berkecamuk. Rasa sedih, berdosa, malu, haru, takut, dan perasaan lainnya, campur aduk menjadi satu. Namun keduanya tetap keukeuh dengan pendirian mereka, membuang sang buah hati.

Pelan-pelan sang ayah menuruni sungai, dan menghanyutkan jabang bayi tanpa dosa yang ada di dalam keranjang. Aliran Sungai Citarum terus menghanyutkan dan mengombang-ambing bayi yang memiliki jawer itu. Semakin menjauh, menjauh, dan menjauh hingga tak lagi terlihat ditelan subuh yang masih gelap dan menggigil.

Anak yang dibuangnya tersebut kemudian diambil oleh dedemit penguasa Citarum, kemudian diasuh dan dipelihara. Tidak ada data yang bisa menunjukkan apakah bayi tersebut dalam keadaan hidup atau sudah meninggal, yang pasti bayi tersebut dipercaya merupakan sosok Mbah Jawer si penguasa Waduk Jatiluhur. Memang Waduk Jatiluhur tidak bisa lepas dari sungai Citarum.

Pada tahun awal-awal Waduk Jatiluhur terdapat pantangan (larangan) untuk melalui air, sehingga warga sekitar memilih menggunakan transportasi darat yang jaraknya lebih jauh. Dipercaya oleh warga sekitar bahwa Mbah Jawer merasa sangat sakit hati lantaran dibuang oleh kedua orang tuanya, sehingga dia melampiaskan dendamnya terhadap warga yang berasal dari desa dimana orang tuanya berasal. Jika warga ada yang melanggar pantangan tersebut maka dipercaya perahu yang digunakannya akan tenggelam.

Seiringnya waktu dan modernisasi, pantangan tersebut mulai hilang. Warga-warga mulai bebas wara-wiri di Waduk Jatiluhur, meskipun sudah tidak ada pantangan lagi namun setiap tahunnya selalu ada korban yang tenggelam di Waduk Jatiluhur. Kepercayaan warga sekitar adalah itu ulah dari Mbah Jawer, bahkan setiap korban yang tenggelam tidak dapat ditemukan oleh tim SAR sehingga harus menunggu jasad tersebut naik ke permukaan air dalam 3-5 hari kemudian.

Hasil penelusuran horor-cerita.blogspot.com ada beberapa warga yang mengaku pernah melihat sosok Mbah Jawer. Tak dapat dikonfirmasi apakah benar-benar melihat sosok Mbah Jawer, dikarenakan data yang sangat minim dan susahnya menelusuri narasumber.

Entah apakah gangguan yang terjadi di Waduk Jatiluhur merupakan ulah dan eksistensi Mbah Jawer, yang pasti sosok Mbah Jawer sudah sangat terkenal mendampingi nama Waduk Jatiluhur sebagai Waduk terbesar di Indonesia.

Setidaknya dari mitos ini, kita bisa belajar bahwa anak yang merupakan titipin dari Tuhan Yang Maha Esa haruslah kita jaga dan rawat sebaik-baiknya.
 --------------------------------------------------------
Sumber : berbagai sumber dengan perubahan.
Penulis & editor : Richie Imani
---------------------------------------------------------
Punya pengalaman mistis? kirimkan cerita mistis kamu ke richieimani1.ri@gmail.com dan jangan lupa untuk menyertakan identitas diri yang lengkap ya supaya bisa dimasukkan dalam credit diakhir cerita!

Sabtu, 17 Desember 2016

[Nyata] Malam Maghrib


            Aku Roy, seorang anak laki-laki dari keluarga yang mencukupi. Kami di kota kecamatan yang namanya Cikampek, kalian pasti tidak asing dengan nama tersebut terlebih apabila libur panjang tiba khususnya saat menjelang lebaran. Kisah horror yang ingin aku ceritakan ini terjadi pada bulan Desember tahun 2016, maka izinkanlah aku untuk bercerita.

            Pagi itu hari minggu, cuaca yang cerah membuat udara luar sangat nikmat rasanya. Sehari sebelumnya ada sebuah pengumuman bahwa pada hari ini akan ada mati listrik dari pukul 7 pagi hingga 5 sore, maka dari itu aku mengajak pacarku, Rini, untuk berjalan-jalan menggunakan sepeda motor. Pukul 11 siang akhirnya kami pergi menuju Karawang, sedangkan kedua orang tuaku pergi ke kebon untuk mengecek hasil kerja tukang disana.

            Sepanjang perjalanan kami banyak mengobrol. Mulai dari hal yang penting hingga hal yang gak penting sama sekali, salah satunya adalah kita suka menggoda pengguna motor lainnya yang sedang bersama pacarnya juga tetapi perempuannya gak dikasih helm “cie cie mesra banget, kalau sayang kasih helm dong” begitu ganggu kami ke mereka. Sudah 1 jam setengah kami menempuh perjalanan, akhirnya kami sampai juga di salah satu mall yang terkenal di Karawang. “mau ngapain kita?” tanyaku kepada Rini. “terserah kamu aja roy, aku ngikut aja” “ya tapi mau ngapain nih rin? Apa kita nonton aja gitu? Ada Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 tuh kayanya seru juga sih” “yasudah boleh deh kalau begitu”. Akhirnya kami menonton film tersebut.

            Setelah selesai menonton, rupanya diluar hujan deras bahkan bisa dibilang terjadi hujan angina yang sangat besar sehingga menuntut kami untuk menunggu hujan reda. Kami menunggu disalah satu tempat untuk meminum minuman hangat, sembari menunggu hujan reda kami pun banyak mengobrol ya hitung-hitung melepas bosan. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16:30, aku pun mengintip keadaan diluar dan ternyata hujannya sudah reda lalu kami langsung menuju parkiran motor.

            “rin, pake nih jas hujan. Aku bawa 2 soalnya” ucapku sambil memberikan jas hujan kepada Rini agar tidak sakit karena kebasahan terkena hujan. Perjalanan pulang dihiasi dengan hujan dan sedikit banjir memperlambat perjalanan kita, aku terpaksa memacu sepeda motor paling kencang hanya 40KM/jam. Sesampainya kita di rumah Rini jam sudah menunjukkan pukul 18:10, karena aku takut waktu semakin malam maka aku langsung saja menuju rumah. Perjalanan dari rumah Rini ke rumah ku butuh waktu sekitar 25-30 menit.

            Jalanan yang minim penerangan dengan pohon-pohon besar dipinggiran jalan serta sepinya keadaan jalan membuat keadaan menjadi cukup horror. Aku merasa tidak enak karena sesekali seperti ada yang berbisik ditelingaku, bahkan motor sempat oleng dengan sendirinya seakan ada orang yang duduk dibelakang padahal kecepatanku hanya 40KM/jam. Tak sampai disitu, aku melihat sosok yang sedang menyeberang sudah tepat ditengah jalan namun saat aku mendekatinya tiba-tiba sosok hitam tersebut menghilang. Aku berusaha menenangkan diri dan memperlambat kecepatan, untungnya tidak ada gangguan lagi hingga aku sampai di rumah.

            “padahal udah mau jam 7, kenapa masih mati aja listriknya sih” ucapku saat sampai di perumahan. “mah pah, bukain pintu” teriakku, tapi tidak ada yang menyaut. Perumahan terasa sangat mencekam, tidak ada cahaya sama sekali bahkan tetangga pun seperti tidak ada nyawanya. Aku mencoba menelpon orang tuaku namun jawaban yang aku terima membuatku takut, bukannya dering menghubungkan yang terdengar tetapi suara bisikan halus yang menyeramkan terdengar dari telepon genggamku. Aku coba berteriak memanggil orang tua tetapi balasan yang diterima sungguh membuat bulu kuduk merinding, saat aku berteriak “mah pah” tetapi yang menjawab adalah bisikan yang sangat halus berkata “iyaaa” lalu diikuti suara gemuruh entah darimana.

            Aku sudah sangat ketakutan dengan semua gangguan tersebut. Aku mencoba menelpon kembali tetapi bisikan halus tersebut muncul kembali bahkan telepon genggamku sempat eror tidak bisa menyala. Aku duduk diatas sepeda motorku, menatap sekitar yang sangat gelap. Keadaan gelap dan hujan membuat keadaan semakin menyeramkan. Aku coba menelepon sekali lagi, untunglah kali ini menyambung. Orang tuaku berkata bahwa di rumah tidak ada siapapun dan beliau menyuruhku untuk datang ke salah satu rumah makan untuk bertemu dengannya.

            Aku nyalakan sepeda motor, aku tancapkan gas dengan kencang dan terlihat di spion bahwa ada sosok putih sedang berduduk santai di teras rumah. Aku tidak mempedulikannya dan berkata “setan sialan bangke!”. Sesampainya di rumah makan, aku lega bertemu keluargaku. Aku tidak berani bercerita yang aku alami kepadanya karena takut adikku akan ketakutan di rumah. Selesai makan, kami kembali ke rumah dan ternyata listrik sudah menyala kembali dan sosok putih yang duduk di teras rumah pun pasti sudah pergi.

-----------------------------------------------------
IDENTITAS PENGIRIM DISAMARKAN
-----------------------------------------------------

Punya cerita dan pengalaman mistis? ayok kirimkan ceritamu untuk diupload di blog ini.

caranya gampang banget! kirimkan ceritamu yang sudah tersusun rapih dalam bentuk word atau txt atau text langsung di email dan kirimkan ke richieimani1.ri@gmail.com dan jangan lupa untuk mencantumkan identitas diri dan akun sosial media kamu ya!

Sabtu, 03 September 2016

[Nyata] Misteri Toilet Umum

Malam itu aku baru selesai menonton sebuah film di bioskop. Pada awalnya aku berniat menonton Sadako vs Kayako, namun niat itu harus aku batalkan karena saat itu sangat penuh sehingga aku memilih menonton sebuah film yang aku lupa apa judulnya.

Tepat pukul  setengah 8 malam aku selesai menonton film dan langsung bergegas ke parkiran karena orang tua sudah menunggu di mobil untuk pulang. Diperjalanan pulang aku hanya diam saja di mobil dengan sesekali bermain smartphone dan mengobrol dengan orang tua dan adikku.

Sesampainya disebuah rest area, aku dan ibuku turun dari mobil. Aku ke Toilet dan ibuku ke KFC, sedangkan ayah dan adikku di mobil.

Saat itu keadaan toilet sangat sepi dari luar padahal biasanya rame, saat masuk ke Toilet aku melihat seorang anak kecil berdiri dipojokan toilet didepan pintu bilik WC yang terbuka namun karena sudah terlalu kebelet aku tidak terlalu mempedulikannya walau tetap ada rasa penasaran. Saat aku membuka pintu bilik WC ternyata ada seseorang juga yang membuka pintu bilik WC sebelah dari dalam, saat aku masuk bilik WC tersebut aku merasakan kejanggalan. Biasanya seorang wanita setelah dari WC pasti mencuci tangannya atau berkaca terlebih dahulu untuk memperbaiki riasannya, namun itu semua tidak terjadi dan keadaan menjadi sangat sunyi seakan tidak ada siapa-siapa selain aku.

Lalu selesai dari WC akupun mencuci tangan, saat hendak keluar toilet tiba-tiba ada suara anak-anak. Yang terdengar hanya suara anak-anak tersebut, saat aku menengok kebelakang kearah pojok WC dimana anak kecil tadi berada ternyata tidak ada siapa-siapa dan semua pintu bilik WC terbuka. Saat itupun aku bergegas pergi meninggalkan toilet.

Kejadian tadi masih terpikirkan olehku, aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang apa yang barusan terjadi. "Untuk apa seorang anak kecil berdiri dipojokan toilet? menunggu bilik WC yang kosong? tapi saat itu pintu bilik WC terbuka, kenapa dia tidak masuk saja?" pikirku curiga terhadap anak kecil itu. "Tidak seperti biasanya seorang perempuan dari WC tidak cuci tangan terlebih dahulu, apalagi keadaan saat itu sangat sunyi seakan hanya ada aku sendiri disana" pikirku curiga. "lalu suara apa tadi? kenapa bisa ada suara padahal saat itu hanya ada aku seorang" pikirku terhadap suara itu.

Memang kalau dipikir semuanya sangat aneh, buat apa seseorang menunggu bilik WC kosong padahal didepannya pun pintu bilik WC terbuka, lalu (mungkin) seorang perempuan selesai dari bilik WC tidak mencuci tangan bahkan seperti tidak ada orang lain saat itu selain aku, dan yang terakhir suara darimanakah yang muncul?. adakah hubungannya dengan film horor yang aku saksikan sebelumnya? atau hanya ulah hantu-hantu usil?

-------------------------------------------------
CREDIT
Cerita asli dari : NLRA (Bukan nama asli)
-------------------------------------------------


Punya pengalaman atau cerita mistis? kirimkan saja ceritamu dalam bentuk teks ke richieimani1.ri@Gmail.com dan buat ribuan pembaca merinding membaca ceritamu!

Tadi Siapa?

Malam itu aku langsung berdandan untuk pergi bersama pacarku, Angga. "Iya nanti aku tunggu depan gang aja ya, sayang" ucapku ditelpon, tak lama kemudian dia menelponku "aku udah di depan gang, sayang". saat itu aku langsung berjalan ke depan gang dan langsung menaiki motor ninjanya.

sesekali aku berbicara dengan Angga selama perjalanan supaya tidak bosan, tak jauh lagi dari tempat tujuan eh malah macet. Macet yang lumayan panjang dan merayap, lalu kendaraan disebelah kiri berpindah ke kanan semua untuk memberi jalan ambulance. "Hmmm sepertinya ada kecelakaan" pikirku dalam hati, tiba-tiba Angga menengok kearah diriku dan bilang "Aku sepenuhnya mencintaimu". seketika aku langsung melting saat itu juga.

sedikit demi sedikit akhirnya kita sampai diujung kemacetan, benar saja ada kecelakaan. saat melewati tempat kecelakaan itu aku melihat sesuatu yang janggal. motor, tas, dan helm korban sama dengan yang punya Angga. "Sayang berhenti dulu!" lalu aku berlari ke arah tempat kecelakaan itu dan bertanya kepada salah satu orang "mas, tadi siapa ya yang kecelakaan?", lalu dijawab oleh orang tersebut "tadi kalau gak salah namanya Dwi Aggana". saat mendengar itu aku langsung terduduk lemas, nama asli Angga adalah Dwi Anggana. Saat itu aku menengok ke belakang sudah tidak ada Angga yang tadi bersamaku. Tiba-tiba ada sebuah pesan singkat dari Angga, "Sayang, aku akan selalu didekatmu" dan aku menangis sangat kencang hingga diantar pulang oleh seorang warga.

Aku hanya bisa menangis sepanjang jalan perjalanan pulang, namun tiba-tiba mobil oleng disebuah tikungan tajam hingga akhirnya masuk jurang. aku yang sangat kritis saat itu merasa ada sebuah tangan mengelus pipiku dan mengusap air mataku lalu sebuah suara berucap "jangan menangis, kau akan sama sepertiku, sayang. mati tragis"

Jumat, 02 September 2016

Tangan Siapa?

Aku mahasiswa rantau di Semarang dari Jakarta. Saat tengah malam mengerjakan skripsi, sebuah tangan menepuk pundakku dan menyodorkan teh hangat "ini nak buat kamu" ucapnya. "terimakasih bu" jawabku tanpa menoleh kebelakang. aku hidup sendiri di Semarang.

Tangisan Anak

Baru saja aku memejamkan mata tetapi anakku menangis sangat keras, aku datangi kamarnya dan kubisikkan pada batu nisannya "jangan menangis, ayah selalu disini".

Kamis, 01 September 2016

Misteri Rumah Baru

Aku Rini, aku seorang karyawan salah satu perusahaan swasta yang berjalan dibidang minuman ringan. Tugasku ada pada bidang packing, sebagai ketua divisi membuatku harus selalu siaga pada kejadian apapun. Hal yang sering terjadi adalah macetnya mesin untuk packing karena tersangkut oleh label yang akan dipasang, karena pengalaman kerjaku yang sudah sangat lama sehingga aku sudah tau apa yang harus dilakukan apabila ada masalah seperti itu.

Aku tinggal bersama kedua orang tuaku yang kebetulan masih sehat walau sudah diusia yang sangat tua. Tetapi karena jarak rumah dan pabrik yang jauh membuatku memilih untuk pindah rumah dan meninggalkan kedua orang tuaku kepada adikku. Rumah baruku tidaklah besar, hanya cukup untuk 2 kamar tidur yang rencananya akan ditempati temanku, Nina, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tengah, dan 1 ruang tamu. Rumah baruku ini memang dipinggiran jalan, belakang rumah adalah hutan pohon jati. Jarak dari rumah ke pabrik tidaklah terlalu jauh, hanya perlu menempuh waktu 5 menit menggunakan sepeda motor.

Tidak ada yang aneh dengan rumah baruku ini, semuanya tampak normal dan tidak ada gangguan apa-apa. Sebulan sudah kami menempati rumah ini, rumah yang tidak pernah sepi oleh lalu lalangnya kendaraan pribadi dan bunyi-bunyian dari hutan pohon jati dibelakang rumah.

Disuatu pagi kami hendak berangkat kerja, nasi dan lauk seadanya menjadi sarapan kami. Saat hendak mengeluarkan motor dari rumah, terdengar sesuatu jatuh yang membuat jalanan seketika langsung macet. Ada sebuah kecelakaan motor, 2 orang anak-anak yang keliatannya tengil membandel mengemudikan motor dengan kencang lalu terjatuh, darah pun terlihat bercucuran dari kepala mereka. Tidak menggunakan helm adalah penyebab utamanya. Terlihat salah satu anak tersebut ada yang bangkit namun yang satunya terlihat terbujur lemas. Aku hanya mampu melihat dengan badan yang terasa mati rasa, seketika ada kerumunan masyarakat yang berusaha menolong anak-anak tersebut. Sebuah mobil bak terbuka mengangkut kedua anak tersebut ke rumah sakit terdekat, sedangkan motornya yang rusak dibiarkan begitu saja dipinggir jalan dan lalu lintas mulai lancar kembali. Tanpa disadari aku menangis saat melihat kejadian tersebut.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahuku, ternyata dia Nina. “Hey! Sudahlah, ayok kita berangkat sekarang” ucapnya. Aku mengangguk dan berkata bahwa lebih baik dia yang mengendarai motor karena diriku masih syok, untung saja dia menerimanya. Karena jalanan yang masih padat membuat kita sedikit terhambat, waktu yang ditempuh sedikit agak lebih lama dibanding biasanya.

Sesampainya kita di pabrik, Nina langsung menuju kantornya dan aku menuju tempat packing untuk memeriksa keadaan. Aku dan Nina berbeda tugas, dia bertugas di marketing. Saat aku ditempat packing, keadaan masih sunyi belum ada karyawan yang masuk karena jam tugas masih 15 menit lagi. Saat aku melihat mesin pressing label ada sesuatu yang ganjil, seperti ada sesuatu disalah satu gear, karena penasaran maka aku mendekati untuk melihatnya lebih jelas. Ada sebuah tali yang kusut seperti menyangkut di gear. Aku julurkan tanganku untuk meraih tali tersebut, tiba-tiba saja mesin menyala sehingga gear itu berputar dan tanganku yang menyangkut diantara 2 gear pun putus. “TOLOOONG!!!! AAAAAAA!!!!” teriakku, tiba-tiba seorang satpam menepuk pundakku dan bertanya “ada apa bu?”. Aku yang kaget langsung sadar bahwa tenyata tidak terjadi apa-apa, dan mencoba mengatur nafas yang sempat tidak beraturan. “gak apa kok pak” jawabku, dan satpam tersebut kembali ke posnya. Aku mencoba menggerakan tangan kananku untuk memastikan tidak apa-apa dan beranjak ke ruanganku untuk memeriksa berbagai laporan.

(Tok tok tok, bunyi ketukan pintu) “Iya, masuk!” teriakku, dan seorang karyawan masuk dengan tampang yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi dan berkata “Bu! Ada kecelakaan! Jari telunjuk Suminah putus!”. Aku yang kaget langsung menuju tempat kejadian sambil berusaha menelepon rumah sakit terdekat untuk meminta penanganan gawat darurat. Aku menyuruh supir perusahaan untuk mengantar Suminah ke rumah sakit yang sudah aku tunjuk, sedangkan untuk proses packing untuk sementara aku hentikan dan menyuruh semua karyawan untuk keluar terlebih dahulu. Dari alat Pressing Label terlihat banyak darah namun tidak ditemukan potongan jari Suminah, “ah mungkin dibawa ke rumah sakit” pikirku. Lalu datanglah pihak polisi beserta jajaran direksi perusahaan untuk memeriksa tempat kejadian dan aku dimintai berbagai keterangan.

Setelah 30 menit dimintai keterangan, aku memilih menyendiri di ruang kerjaku. Aku terpaku pada jam dinding sembari memikirkan apa sebenarnya yang terjadi. Pagi ini aku melihat kecelakaan motor, aku mengalami hal seperti mimpi bahwa tanganku putus yang pada akhirnya justru terjadi pada salah satu karyawan. Aku membuka laci meja kerjaku, aku terkejut melihat potongan jari telunjuk yang dilumuri darah. Aku menangis histeris sambil menutup hidung dan mulutku, aku keluar ruangan dan memberitahu kepada semua yang ada disana bahwa aku menemukan potongan jari telunjuk. Saat pihak kepolisian memeriksa, diambilah potongan tersebut untuk diselidiki. Tiba-tiba aku dibanjiri pertanyaan kenapa bisa ada di laci mejaku, aku hanya menangis dan berkata “tidak tau!”.

Diperiksanya CCTV yang ada di dalam ruang kerjaku, menunjukkan ada seorang karyawan yang menaruhnya. Iya, aku ingat! Orang tersebut adalah orang yang datang ke ruang kerjaku untuk memberitahu ada kecelakaan. Karena sangat panik sehingga saat aku berlari menuju tempat kejadian tidak memperhatikan bahwa orang tersebut justru diam di dalam ruang kerjaku dan menempatkan potongan jari tersebut. “Dia yang memberitau kalau ada kecelakaan!” teriakku. Lalu pihak polisi menanyakan siapa nama orang tersebut namun aku tidak bisa menjawabnya. Aku seperti asing dengan wajahnya, bahkan saat beberapa karyawan ditanyai tentang orang tersebut semuanya tidak mengenalnya.

Lalu diperiksalah CCTV disemua sudut pabrik ini. Saat rekaman CCTV yang menunjukkan aku didatangi seorang satpam, aku teringat sesuatu. Ya, satpam tersebut sangat mirip dengan karyawan yang menaruh potongan jari telunjuk di laci meja kerjaku. “Satpam itu mirip karyawan tadi!” teriakku. Lalu semua mata langsung tertuju padaku. Bahkan managerku langsung diajak keluar ruangan dengan salah seorang anggota polisi.

“Tutup gerbang, dan suruh semua karyawan masuk!” teriak seorang polisi yang disusul dengan pemasangan garis polisi di beberapa tempat termasuk ruang kerjaku. Aku yang masih menangis ditemani Nina, dia terus berusaha menenangkan diriku. Lalu terlihat anggota polisi mencari-cari orang yang ada di CCTV ketika semua karyawan duduk berbaris, seketika salah satu polisi langsung berhenti mencari dan menunjuk salah seorang karyawan. Karyawan tersebut seperti enggan untuk berdiri, hingga akhirnya dengan gerakan yang sangat cepat tangan karyawan itu mengambil sebuah pisau dan menusuknya tepat di dada polisi tersebut. Sontak semua anggota polisi langsung mengarahkan senjata ke karyawan tersebut.

Dia menatapku dengan tatapan yang sangat tajam dan berteriak “AKU AKAN SELALU ADA!!!!!” kemudian dia menancapkan pisaunya tepat di lehernya hingga terjatuh dan tak bangkit kembali. “Dia bunuh diri” ucap Nina dan seketika aku langsung pingsan.

Terdengar suara seperti memanggil namaku, ya, aku sudah siuman dari pingsan ku. Nina dengan senyumnya yang khas memberitahuku bahwa semua masalah sudah selesai, namun aku merasa seperti ada yang sengaja menerorku. Aku menceritakan semua keresahanku, namun Nina hanya tersenyum dan memberiku semangat singkat yaitu “yang sabar ya, gak ada apa-apa kok” lalu mengajakku pulang. Ya, semua karyawan dipulangkan lebih awal.

Sesampainya di rumah aku langsung mandi untuk membersihkan tubuhku dari noda-noda yang ada, tapi tiba-tiba seperti ada suara sesuatu yang jatuh. Aku langsung mengeringkan badanku dan melihat seisi rumah sudah berantakan, Nina terbujur kaku dengan darah disekujur tubuhnya. Aku rapatkan dadaku ke Nina, tak ku sangka Nina dibunuh. “Hei bodoh!” sebuah teriakan dari belakang diriku, aku menengok kearahnya dan aku terkejut melihat wajahnya. Wajah penuh dendam dengan jaitan-jaitan di mukanya membuatnya terlihat menyeramkan. Seketika itu dia melemapar golok besar ke arahku yang tepat mengenai kepalaku.

Tentu aku mati seketika. Bagaimana aku bisa menulis ini? Aku yang gentayangan merasuki tubuh pelaku dan menceritakan semua ini.

AKU ADA DI BELAKANGMU, DI SISIMU, DI DEPANMU, AKU AKAN SELALU ADA UNTUK MENEROR HIDUPMU!
Diberdayakan oleh Blogger.