TOB : Topic On Banner.

Rimalive merepost cerita Hantu Sekolah

Berkarya melalui ketakutannya

Berkarya tidak ada batasnya, walaupun harus melawan dengan ketakutan dalam diri.

Berkarya dimana saja

Tidak ada aturan yang membatasi kita bisa berkarya dimana kita berada.

Memulai dari yang kecil

Memulai dari yang kecil lalu terus mengembangkannya hingga besar.

Tulis pokok cerita

Tulis pokok cerita terlebih dahulu sebelum menjadikannya cerita lengkap.

Kamis, 22 Desember 2016

Mbah Jawer Penguasa Bendungan Jatiluhur

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Bukan sesuatu yang aneh apabila dalam membangun sebuah proyek yang besar dibutuhkan dana dan tenaga manusia yang banyak. Dengan luas 8.300 ha mengakibatkan puluhan desa dan beberapa kecamatan yang dulunya termasuk dalam wilayah Purwakarta harus di gusur, belum lagi ditambah pula beberapa bukit – bukit di sekitar nya pun harus di ratakan.

Menurut cerita warga sekitar, saat pembangunannya banyak menelan korban jiwa. Maka bukanlah hal yang aneh apabila Waduk Jatiluhur ini juga memiliki sebuah mitos yang sangat terkenal, yaitu Mbah Jawer. Lantas siapakah Mbah Jawer yang disebut-sebut penguasa Waduk Jatiluhur itu?

Dikisahkan jauh-jauh hari sebelum Waduk Jatiluhur dibangun, pada waktu itu ada sebuah keluarga yang bermukim di daerah aliran sungai Citarum yang tengah menunggu kelahiran anaknya. Setelah menunggu sekian lama akhirnya anak yang di tunggu – tunggu pun lahir juga.

Suara  tangisan jabang bayi yang baru saja lahir memecah kesunyian. Sang ibu begitu bersuka cita, dia bersyukur bayi yang setelah sembilan bulan dikandungnya lahir dengan selamat. Demikian juga dengan sang ayah, dia tak henti-hentinya memamerkan senyum. Namun keduanya terkesiap ketika untuk pertama kalinya mereka melihat sang jabang bayi. Di dahi bocah mungil itu, tumbuh jengger  (Bahasa Sunda: Jawer) seperti yang biasa tumbuh di dahi ayam!

Karena malu jika memiliki anak yang ber-jawer sang ayah pun kebingungan, lalu si ayah pergi menemui orang pintar di daerah itu. Sang ayah bertanya pada orang pintar itu perihal putranya yang memiliki jawer. Menurut orang pintar itu bahwa jika si anak di pelihara maka daerah itu akan menjadi kota besar namun jika di buang maka daerah itu akan tergenang air atau tenggelam

Mereka merasa malu. Mereka kemudian berpikir daripada terus-menerus menanggung malu, suami istri itu sepakat mengambil keputusan yang tak berperikemanusiaan yaitu membuang sang bayi!

Pada sebuah subuh, keduanya mengendap-endap menghampiri sugai Citarum. Sang ayah menggendong bayi yang direbahkan pada sebuah keranjang, sementara sang ibu membuntutinya dari belakang. Tiba di tepi sungai Citarum, pasangan itu menangis. Batin mereka berkecamuk. Rasa sedih, berdosa, malu, haru, takut, dan perasaan lainnya, campur aduk menjadi satu. Namun keduanya tetap keukeuh dengan pendirian mereka, membuang sang buah hati.

Pelan-pelan sang ayah menuruni sungai, dan menghanyutkan jabang bayi tanpa dosa yang ada di dalam keranjang. Aliran Sungai Citarum terus menghanyutkan dan mengombang-ambing bayi yang memiliki jawer itu. Semakin menjauh, menjauh, dan menjauh hingga tak lagi terlihat ditelan subuh yang masih gelap dan menggigil.

Anak yang dibuangnya tersebut kemudian diambil oleh dedemit penguasa Citarum, kemudian diasuh dan dipelihara. Tidak ada data yang bisa menunjukkan apakah bayi tersebut dalam keadaan hidup atau sudah meninggal, yang pasti bayi tersebut dipercaya merupakan sosok Mbah Jawer si penguasa Waduk Jatiluhur. Memang Waduk Jatiluhur tidak bisa lepas dari sungai Citarum.

Pada tahun awal-awal Waduk Jatiluhur terdapat pantangan (larangan) untuk melalui air, sehingga warga sekitar memilih menggunakan transportasi darat yang jaraknya lebih jauh. Dipercaya oleh warga sekitar bahwa Mbah Jawer merasa sangat sakit hati lantaran dibuang oleh kedua orang tuanya, sehingga dia melampiaskan dendamnya terhadap warga yang berasal dari desa dimana orang tuanya berasal. Jika warga ada yang melanggar pantangan tersebut maka dipercaya perahu yang digunakannya akan tenggelam.

Seiringnya waktu dan modernisasi, pantangan tersebut mulai hilang. Warga-warga mulai bebas wara-wiri di Waduk Jatiluhur, meskipun sudah tidak ada pantangan lagi namun setiap tahunnya selalu ada korban yang tenggelam di Waduk Jatiluhur. Kepercayaan warga sekitar adalah itu ulah dari Mbah Jawer, bahkan setiap korban yang tenggelam tidak dapat ditemukan oleh tim SAR sehingga harus menunggu jasad tersebut naik ke permukaan air dalam 3-5 hari kemudian.

Hasil penelusuran horor-cerita.blogspot.com ada beberapa warga yang mengaku pernah melihat sosok Mbah Jawer. Tak dapat dikonfirmasi apakah benar-benar melihat sosok Mbah Jawer, dikarenakan data yang sangat minim dan susahnya menelusuri narasumber.

Entah apakah gangguan yang terjadi di Waduk Jatiluhur merupakan ulah dan eksistensi Mbah Jawer, yang pasti sosok Mbah Jawer sudah sangat terkenal mendampingi nama Waduk Jatiluhur sebagai Waduk terbesar di Indonesia.

Setidaknya dari mitos ini, kita bisa belajar bahwa anak yang merupakan titipin dari Tuhan Yang Maha Esa haruslah kita jaga dan rawat sebaik-baiknya.
 --------------------------------------------------------
Sumber : berbagai sumber dengan perubahan.
Penulis & editor : Richie Imani
---------------------------------------------------------
Punya pengalaman mistis? kirimkan cerita mistis kamu ke richieimani1.ri@gmail.com dan jangan lupa untuk menyertakan identitas diri yang lengkap ya supaya bisa dimasukkan dalam credit diakhir cerita!

Sabtu, 17 Desember 2016

[Nyata] Malam Maghrib


            Aku Roy, seorang anak laki-laki dari keluarga yang mencukupi. Kami di kota kecamatan yang namanya Cikampek, kalian pasti tidak asing dengan nama tersebut terlebih apabila libur panjang tiba khususnya saat menjelang lebaran. Kisah horror yang ingin aku ceritakan ini terjadi pada bulan Desember tahun 2016, maka izinkanlah aku untuk bercerita.

            Pagi itu hari minggu, cuaca yang cerah membuat udara luar sangat nikmat rasanya. Sehari sebelumnya ada sebuah pengumuman bahwa pada hari ini akan ada mati listrik dari pukul 7 pagi hingga 5 sore, maka dari itu aku mengajak pacarku, Rini, untuk berjalan-jalan menggunakan sepeda motor. Pukul 11 siang akhirnya kami pergi menuju Karawang, sedangkan kedua orang tuaku pergi ke kebon untuk mengecek hasil kerja tukang disana.

            Sepanjang perjalanan kami banyak mengobrol. Mulai dari hal yang penting hingga hal yang gak penting sama sekali, salah satunya adalah kita suka menggoda pengguna motor lainnya yang sedang bersama pacarnya juga tetapi perempuannya gak dikasih helm “cie cie mesra banget, kalau sayang kasih helm dong” begitu ganggu kami ke mereka. Sudah 1 jam setengah kami menempuh perjalanan, akhirnya kami sampai juga di salah satu mall yang terkenal di Karawang. “mau ngapain kita?” tanyaku kepada Rini. “terserah kamu aja roy, aku ngikut aja” “ya tapi mau ngapain nih rin? Apa kita nonton aja gitu? Ada Bulan Terbelah di Langit Amerika 2 tuh kayanya seru juga sih” “yasudah boleh deh kalau begitu”. Akhirnya kami menonton film tersebut.

            Setelah selesai menonton, rupanya diluar hujan deras bahkan bisa dibilang terjadi hujan angina yang sangat besar sehingga menuntut kami untuk menunggu hujan reda. Kami menunggu disalah satu tempat untuk meminum minuman hangat, sembari menunggu hujan reda kami pun banyak mengobrol ya hitung-hitung melepas bosan. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16:30, aku pun mengintip keadaan diluar dan ternyata hujannya sudah reda lalu kami langsung menuju parkiran motor.

            “rin, pake nih jas hujan. Aku bawa 2 soalnya” ucapku sambil memberikan jas hujan kepada Rini agar tidak sakit karena kebasahan terkena hujan. Perjalanan pulang dihiasi dengan hujan dan sedikit banjir memperlambat perjalanan kita, aku terpaksa memacu sepeda motor paling kencang hanya 40KM/jam. Sesampainya kita di rumah Rini jam sudah menunjukkan pukul 18:10, karena aku takut waktu semakin malam maka aku langsung saja menuju rumah. Perjalanan dari rumah Rini ke rumah ku butuh waktu sekitar 25-30 menit.

            Jalanan yang minim penerangan dengan pohon-pohon besar dipinggiran jalan serta sepinya keadaan jalan membuat keadaan menjadi cukup horror. Aku merasa tidak enak karena sesekali seperti ada yang berbisik ditelingaku, bahkan motor sempat oleng dengan sendirinya seakan ada orang yang duduk dibelakang padahal kecepatanku hanya 40KM/jam. Tak sampai disitu, aku melihat sosok yang sedang menyeberang sudah tepat ditengah jalan namun saat aku mendekatinya tiba-tiba sosok hitam tersebut menghilang. Aku berusaha menenangkan diri dan memperlambat kecepatan, untungnya tidak ada gangguan lagi hingga aku sampai di rumah.

            “padahal udah mau jam 7, kenapa masih mati aja listriknya sih” ucapku saat sampai di perumahan. “mah pah, bukain pintu” teriakku, tapi tidak ada yang menyaut. Perumahan terasa sangat mencekam, tidak ada cahaya sama sekali bahkan tetangga pun seperti tidak ada nyawanya. Aku mencoba menelpon orang tuaku namun jawaban yang aku terima membuatku takut, bukannya dering menghubungkan yang terdengar tetapi suara bisikan halus yang menyeramkan terdengar dari telepon genggamku. Aku coba berteriak memanggil orang tua tetapi balasan yang diterima sungguh membuat bulu kuduk merinding, saat aku berteriak “mah pah” tetapi yang menjawab adalah bisikan yang sangat halus berkata “iyaaa” lalu diikuti suara gemuruh entah darimana.

            Aku sudah sangat ketakutan dengan semua gangguan tersebut. Aku mencoba menelpon kembali tetapi bisikan halus tersebut muncul kembali bahkan telepon genggamku sempat eror tidak bisa menyala. Aku duduk diatas sepeda motorku, menatap sekitar yang sangat gelap. Keadaan gelap dan hujan membuat keadaan semakin menyeramkan. Aku coba menelepon sekali lagi, untunglah kali ini menyambung. Orang tuaku berkata bahwa di rumah tidak ada siapapun dan beliau menyuruhku untuk datang ke salah satu rumah makan untuk bertemu dengannya.

            Aku nyalakan sepeda motor, aku tancapkan gas dengan kencang dan terlihat di spion bahwa ada sosok putih sedang berduduk santai di teras rumah. Aku tidak mempedulikannya dan berkata “setan sialan bangke!”. Sesampainya di rumah makan, aku lega bertemu keluargaku. Aku tidak berani bercerita yang aku alami kepadanya karena takut adikku akan ketakutan di rumah. Selesai makan, kami kembali ke rumah dan ternyata listrik sudah menyala kembali dan sosok putih yang duduk di teras rumah pun pasti sudah pergi.

-----------------------------------------------------
IDENTITAS PENGIRIM DISAMARKAN
-----------------------------------------------------

Punya cerita dan pengalaman mistis? ayok kirimkan ceritamu untuk diupload di blog ini.

caranya gampang banget! kirimkan ceritamu yang sudah tersusun rapih dalam bentuk word atau txt atau text langsung di email dan kirimkan ke richieimani1.ri@gmail.com dan jangan lupa untuk mencantumkan identitas diri dan akun sosial media kamu ya!
Diberdayakan oleh Blogger.